Total Tayangan Halaman

Selasa, 01 Maret 2011

MENGURANGI PENGANGGURAN MENURUT EKONOMI ISLAM

Oleh: Imam Yahya (Dekan Fak Syariah IAIN Walisongo Semarang)

Ketika kita membaca kata pengangguran maka akan terlintas dalam benak fikiran adalah orang-orang pengangguran baik pengangguran terdidik maupun tidak terdidik. Betapa banyak pengangguran di negeri kita sekarang ini. Tetapi dalam system ekonomi Islam pengangguran bukanlah sejumlah orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, tetapi mereka-mereka yang tidak memanfaatkan potensi dirinya untuk berbuat yang terbaik bagi lingkungannya. Demikian sedikit diskusi yang dilemparkan oleh Dr. Ali Murtadlo, M.Ag., dosen dan pakar ekonomi syariah dari Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, pada acara pembukaan kuliah alias Stadium General Fakultas Syariah yang dilakukan pada Senen, 28 Februari 2011 di Auditorium II IAIN.

Tidak kurang dari enam ratus mahasiswa Fakultas Syariah berdesakan di dalam Auditorium II IAIN untuk mengikuti stadium general semester gazal 2010/2011. Mereka antusias dengan tema ekonomi Islam yang semakin hari semakin menjanjikan baik bagi lembaga ekonomi syariah maupun penyedia SDM syariah seperti Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.


Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo, Dr. Imam Yahya, M.A. mengharapkan agar tema-tema ekonomi Islam bias dikembangkan di Fakultas Syariah. Fakultas Syariah banyak dipercaya oleh stakeholder tidak saja sebagai ahli pemikir ekonomi Islam tetapi juga praktek ekonomi Islam banyak dibebankan pada para aktifis dan alimni Fakultas Syariah.


Dr. Ali Murtadlo tokoh pemikir muda dinamis di Fakultas Syariah ini berusaha membangunkan kembali pemikiran orisinal yang digagas di lingkungan syariah. Ekonomi Islam yang banyak difahami secar fiqhiyyah oleh para ahli hokum Islam, dicoba dimunculkan oleh Ali Murtadlo sebagai tema menarik dan prospektif.

Menurutnya, pengangguran disebabkan oleh dua faktor, yakni internal dan eksternal. Secara internal factor utama adalah masih kenatlnya sikap manja dan malas bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Dengan sikap manja itulah maka kerja keras menjadi susah dilakukan. Sementara dari factor eksternal adalah berkembanganya ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berimbas pada proses peralihan penggunaan tenaga manusia berlebihan, digantikan dengan tehnologi modern. Akibatnya banyak tenaga manusia yang tidak terserap.

Untuk mengantisipasi itu semua maka entrepreneurship menjadi tawaran solutif bagi para mahasiswa senior sebelum terjun langsung di tengah masyarakat.

Tidak ada komentar: